Segala Sesuatu Indah Pada Waktunya

Bulan September ini mengingatkan saya pada kejadian beberapa tahun lalu yaitu tahun 2007. Bulan dan tahun di mana saya masuk kuliah ekstensi di salah satu universitas negeri di kota Bandung. Cita-cita saya dulu sewaktu lulus D3 adalah meneruskan kuliah, sampai saya bisa mendapatkan gelar sarjana. Karena beberapa hal, cita-cita saya itu harus tertunda. Saya bilang tertunda, karena saya tahu suatu saat nanti saya akan mengejar kembali cita-cita saya itu.

Setelah lulus D3 di bulan November 2005, saya mencoba untuk mengadu nasib di kota Bandung, melamar pekerjaan ke sana ke sini tapi kesempatan untuk bekerja itu belum pernah ada. Ada satu perjanjian yang saya buat dengan ibu saya, ketika saya baru lulus D3. Ibu saya bilang, saya di kasih waktu 6 bulan untuk mendapatkan pekerjaan di Bandung. Kalau masih belum dapat juga, saya harus pulang kampung. Dan jika dalam 6 bulan saya belum mendapatkan pekerjaan di kampung saya, ibu saya mengizinkan saya untuk ke Jakarta.


Setelah 6 bulan usaha itu belum membuahkan hasil. Saya mulai berpikir, apa yang salah dengan saya. Saya lulus dengan IPK yang lumayan, yah diatas standar sedikit. Berdoa sama Tuhan? Saya melakukannya setiap hari. Keadaan itu membuat saya cukup sedih.

Saya menepati janji saya pada ibu saya. saya pulang ke Riau di bulan Juli 2006. Ibu saya bilang, ada lowongan pekerjaan di sana. Dan katanya, ada kenalan di sana, yang akan membantu. Tunggu, tunggu dan menunggu. Dari sekian banyak pekerjaan, sepertinya pekerjaan itu lah yang membutuhkan kesabaran ekstra. Di awal bulan Desember tahun 2006, saya mendapatkan panggilan tes dari perusahaan itu, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit. Setelah melewati beberapa tes, akhirnya teman-teman... akhirnya saya tidak lulus. sedih Harapan untuk segera bekerja hilang. Lagi-lagi saya harus kecewa.

Genap 1 tahun saya jadi pengangguran. Huh istilah yang sangat memberatkan. Saya menyampaikan keinginan saya untuk kuliah lagi pada orang tua saya. Orang tua saya tidak menyetujui keinginan saya itu. Bahkan perjanjian dengan ibu saya itu, tidak ditepati oleh ibu saya. Ibu saya bilang, tunggu dulu beberapa bulan lagi. Siapa tau yang gagal kemarin bisa diurus lagi. Dan kembali saya harus menunggu lagi. Melewati bulan-bulan dengan status pengangguran itu ternyata tidak enak yah. Saya ingat karena keadaan itu, saya jadi sering murung, terkadang saat saya sendiri, saya menangis, ada perasaan depresi dan stres juga. Dan karena saya kecewa dengan ibu saya yang tidak menepati janji, saya jadi sering mengeluarkan perkataan yang saya tahu itu akan menyakiti dan membuat hati orang tua saya bersedih.

Dalam keadaan seperti itu, Tuhan mengajarkan saya untuk bersabar. Karena Tuhan punya rencana indah yang tidak terpikirkan oleh saya. 2 hari sebelum ulang tahun saya di bulan April 2007, saya mendapat surat bahwa saya di terima di perusahaan itu. Dan saya bisa bekerja di akhir bulan Mei 2007. Orang tua saya tentu senang. Dan saat yang bersamaan, orang tua saya menanyakan kepada saya, apakah saya mau menerima pekerjaan itu atau mau mengejar cita-cita saya? Keputusan sepenuhnya ada di tangan saya. Saya kaget campur senang pada saat itu, orang tua saya yang jelas-jelas tidak mengijinkan saya untuk meneruskan kuliah tiba-tiba memberikan saya pilihan itu. Sungguh, kado yangterindah buat saya. Saya putuskan untuk mengejar cita-cita saya.

Beberapa hari kemudian saya sudah di kota Bandung. Saya berencana untuk mencari pekerjaan lagi. Saya ingin membuktikan pada orang tua saya bahwa kesempatan untuk kaum minoritas (red Batak dan kristen) akan selalu ada, tanpa embel-embel koneksi. Dalam waktu 1 bulan di Bandung, saya sudah mendapatkan pekerjaan. Kegembiraan itu belum saya bagi dengan orang tua saya. Karena mereka mengatakan pada saya, untuk fokus kuliah saja tidak usah mencari pekerjaan. Tapi karena alasan tertentu, akhirnya saya mengatakan hal itu pada orang tua saya. Senang rasanya, karena bulan berikutnya, saya bisa menghidupi diri saya sendiri dengan gaji yang ga seberapa itu, tanpa kekurangan tentunya. Bagaimana dengan rencana kuliah saya? Yup, saya melanjutkan kuliah saya.

Dari hal ini saya mendapatkan beberapa pelajaran :
1. Tuhan mengajarkan saya untuk bersabar karena Tuhan mau menggenapi salah satu firmannya "segala sesuatu indah pada waktunya" dan "masa depan itu sungguh ada dan harapan itu tidak akan sia-sia". Saya merasakan hal itu. Mungkin yang membuat lelah adalah tahap proses menunggu waktu itu.
Pada waktu yang tepat, Tuhan akan menjawab. Bisa saja jawaban itu sama seperti yang saya inginkan, atau tidak seperti yang saya inginkan, tapi bisa jadi juga jawabannya malah lebih indah, lebih bagus, lebih dahsyat yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya ga pernah tau rencana Tuhan ke depannya buat hidup saya, tapi saya percaya rencana Tuhan adalah rencana yang terbaik. Karena Tuhan bisa melihat jauh-jauh ke depan.

2. Sebagai salah seorang dari kaum minoritas, mungkin beberapa orang akan berpikir, kesempatan untuk bekerja itu kecil tanpa koneksi. Saya ga pernah setuju dengan ucapan segelintir orang mengenai hal ini. Saya memilih mengikut Dia, dan salah satu konsekuensi nya yah saya harus memikul salibNya. Tak perlu kawatir mengenai ini, karena Tuhan itu berkuasa untuk hal apapun di muka bumi ini. Dan ga perlu menyangkal iman cuma untuk mendapatkan pekerjaan.

3. Setelah 1 tahun lebih menganggur, kembali ke Bandung dan mencari pekerjaan lagi, saya tidak pernah berpikir apakah masih ada perusahaan yang mempekerjakan saya. Yang saya lakukan pada saat itu, hanyalah berusaha, tidak mengandalkan kemampuan saya sendiri karena saya tahu Tuhan mau saya mengandalkan Dia dalam setiap pergumulan hidup saya dan berserah sepenuhnya padaNya. Itu kuncinya, percaya sepenuhnya padaNya. Saya berusaha dan selebihnya adalah pekerjaan Tuhan. Terserah Tuhan mau memberikan kesempatan kerja itu atau tidak. Dan dalam kepasrahan seperti itu, kuasa dan mukjizat Tuhan dinyatakan.

Saya cuma ingin berbagi pengalaman saya ini buat siapapun yang mungkin sedang mengalami proses ini. Salah satunya adalah seseorang di sana yang saya kenal saat ini. Jangan kuatir, Bapa kita adalah Bapa yang baik, mungkin kita belum bisa melihat adanya penggenapan rencana indah itu. Tapi percayalah Dia tahu apa yang terbaik untuk setiap anak-anakNya dan kapan rencana indah itu digenapi. Tetap berusaha, semangat dan berserah sama Tuhan yah..... God Bless You senyum

Picture Source : devianart

Photobucket

Aku, Rere dan Terang (Part III)

Terima kasih buat teman-teman yang masih setia membaca kelanjutan dari cerpen yang saya tulis. Ini bagian terakhir, saya tetap menantikan kritikan dan masukan untuk cerpen ini. Terima kasih dan selamat membaca senyum
***

Pertemuan yang indah dengan seorang gadis. Ini bukan cinta, tapi satu bentuk kekaguman pada seorang gadis yang mempunyai hati yang tulus. Jaman sekarang, susah menemukan orang-orang seperti itu. Aku jadi tak sabar untuk bertemu dengannya di gereja. Gereja? Apa aku layak masuk ke gereja, setelah perbuatan-perbuatanku selama ini?

Keesokan harinya, gadis itu kulihat menunggu di depan gereja.
Rere : “Hai, Selamat Hari Minggu.” Dengan ramah dia menyapaku.
Andi : “Selamat hari minggu juga”
Rere : “Yuk, kukenalin sama mama papaku. Ma, Pa, ini Andi sabahatku”
Aku kaget mendengar pernyataannya, bagaimana mungkin aku yang preman seperti ini dianggap sahabat olehnya. Orang tua Rere menyalamiku dengan hangat. Kehangatan sebuah keluarga yang sudah lama tak kurasakan. Lonceng gereja berbunyi, kami masuk ke dalam dan beribadah.

***

Keesokan malamnya, aku bertemu lagi dengan gadis itu, di sebuah taman. Pulang gereja kemarin kami sudah janjian untuk bertemu lagi di sana.
Andi : “Rere, kenapa kamu mau bersahabat denganku. Aku seorang preman, aku mencopet orang-orang. Dan dari sekian banyak orang yang aku copet, cuma kamu yang ga takut malah menunjukkan kasih kamu.”
Rere : “Aku ga malu dengan keadaan kamu. Apa yang sudah kamu lakukan di masa lalu. Itu tak membuat aku lantas tak mau bersahabat denganmu.”
Andi : “Mengenai kotbah di gereja kemarin, hati aku terketuk Re. Aku tau aku sudah melakukan banyak kesalahan. Apa Tuhan masih sayang sama aku? Apa Dia masih ada buat aku? Dia masih mau mengampuniku?”
Rere : “Apapun keadaan kamu, dosa apapun yang telah kamu perbuat, dia tetap menganggap kamu anakNya. Dia dengan sabar menanti kamu kembali ke jalanNya, karena apa, karena kasihNya yang sebegitu besarnya buat kamu. Dia rela memikul salib dan disalibkan cuma untuk membuktikan kasihnya buat kamu dan aku. ”
Andi : “Keluarga ku Re, keluarga ku yang membuat aku seperti ini. Aku hidup dengan kekayaan tapi tak ada kasih yang kurasakan di sana. Itu yang membuat aku pergi dari rumah ”
Rere : “Kamu ingat kata-kataku mengenai garam dan terang. Dalam situasi buruk maupun baik, kita harus menjadi terang itu. Jika kamu ada di dalam gelap. Kamu susah untuk melangkahkan kaki. Oleh karena itu perlu cahaya, perlu terang. Dengan keadaan yang sudah diterangi oleh cahaya, kamu bisa melihat segala sesuatunya dengan jelas. Benar ga. Nah, kita sebagai anak-anakNya, dalam keadaan keluarga yang bermasalah. Apa yang kita lakukan? Apa kita lari dari masalah? Tidak mau tinggal dalam keadaan seperti itu? Justru itu yang salah. Kita tunjukkan, kalau kita adalah terang yang akan menyinari kegelapan itu. Maukah kamu kita sama-sama berdoa sekarang ini. Minta pertobatan dan pengampunan. Kamu dulu yang berdoa lalu ditutup dengan doaku."
Andi : “Iya mau”

Aku dan Rere berdoa bersama di taman itu. Saat kami berdoa, air mataku menetes. Dan kurasakan hatiku begitu damai. Sepertinya, beban yang kurasakan selama ini sudah terlepas. Dari obrolan kami malam itu, Rere memberi saran agar aku kembali ke rumah.

Kumantapkan kaki ku untuk bergegas menuju rumah. Kuketuk pintu dan kulihat yang membukakan pintu adalah papaku.
“Ma, anak kita pulang.” Papa memanggil mama yang ada di dapur.
“Nak, kau sudah kembali? Jangan pergi lagi nak, kami benar-benar sedih. Maafkan kami. Kami orang tua yang egois, yang ga perduli sama kamu”. Papa meneteskan air mata dan memelukku dengan hangat.
Sambil menangis mama juga memelukku. Kami bertiga berpelukan. Aku juga tak kuasa menahan tangisku. Ya Tuhan, terima kasih untuk karunia ini. Terima kasih buat cinta kasih yang hadir kembali di rumah ini.

Itu lah awal pertemuanku dengan Rere. Sekarang, segala sesuatu sudah berubah. Aku tak lagi melakukan tindakan kriminal. Keluargaku hidup dalam cinta kasih. Dan yang terpenting, keluarga kami kembali dekat pada Tuhan. Ya, semua berubah berkat Rere. Rere yang selalu ingin menjadi terang dalam kehidupannya, kehidupan orang lain. Dan sekarang, Rere ada di depanku, dengan terbaring lemah. Rere terkena kanker otak stadium akhir. Kata dokter, dia bisa bertahan beberapa minggu lagi. Kupandangi lagi wajahnya, dalam keadaan nya seperti itu, tak membuat Rere kehilangan cahayanya. Ia tetap Rere seperti awal pertama yang kukenal. Aku meneteskan air mata.

Kupegang tangannya lalu aku berdoa pada Tuhan. Tuhan, terima kasih sudah mempertemukanku dengan Rere. Seorang gadis yang begitu mencintaiMu dan selalu ingin menjadi terang bagi orang lain, kini terbaring lemah karena penyakit itu. Tuhan, jika boleh aku meminta, tolong berikan Rere kesembuhan, bisa melihat Rere sembuh adalah kebagiaanku. Tapi segala sesuatunya kuserahkan padaMu. Aku percaya, apapun yang terjadi Tuhan sudah mempunyai rencana yang terbaik. Amin
***
Tak kusangka, itu adalah terakhir kali nya aku bertemu dan berdoa bersama dengan Rere. Kata-kata yang kamu sampaikan akan selalu kuingat dan kulakukan. Menjadi terang dalam kehidupan. Dan lakukan itu mulai dari lingkungan terkecil. Air mataku menetes membasahi tanah pekuburan yang masih baru itu. Kamu sudah menjadi terang buat kehidupanku Re. Selamat jalan.



Aku, Rere dan Terang (Part II)

Cerpen ini merupakan lanjutan dari postingan yang ini.

Aku masih ingat awal pertama kita bertemu. Aku seorang anak tunggal dari latar belakang keluarga yang kaya. Ekonomi keluargaku yang kaya, tidak sebanding dengan kehidupan agamanya. Yah, orang tua terlalu sering ribut, sampai akhirnya aku tak tahan tinggal dalam situasi seperti itu. Lalu kuputuskan untuk pergi.

Aku mulai segala sesuatunya dari awal, aku bekerja apa saja, cuma untuk sekedar bertahan hidup. Perbuatan kriminal tidak lagi menjadi satu hal yang luar biasa bagiku. Yah aku terseret dalam kehidupan gelap ini.

Saat itu ada seorang gadis, Kira-kira berumur 20 tahun keluar dari toko swalayan. Hari sudah gelap saat itu, sudah pukul 9 malam. Kuperhatikan dia hanya berjalan kaki seorang diri. Aku pikir, ini adalah sasaran empuk kali ini. Kubuntuti dia, sampai saatnya dia memasuki areal jalan yang sepi. Ini waktunya pikirku, lalu kutodongkan sebilah pisau ke lehernya.


Andi : “Berikan semua nya padaku” kataku menggertaknya.
Rere : “Kamu mau makan, kamu lapar yah. Ini tadi aku juga beli nasi bungkus. Dan ini ada buah pir, dari toko swalayan.” Katanya dengan tenang, tanpa raut wajah ketakutan sedikitpun.
Sikapnya itu membuat aku bingung, kenapa dia tidak takut sekalipun atau bahkan berteriak minta tolong, atau mungkin mencoba menendangku. Seorang gadis yang kecil pemberani dan tidak gentar. Bahkan pada saat seperti ini, ia masih menunjukkan kasihnya padaku.
Rere : “Kok malah diam, ini ambillah. Tadi aku cuma punya kembalian 20 ribu. Semoga ini cukup yah." Seraya menyodorkannya kepadaku. "Nanti aku bisa beli lagi kok. Kamu ambil saja. Aku tau kamu pasti butuh.”
Ia memberikan nya ketanganku, lalu berlalu pergi. Tapi sebelum jauh berlalu, kemudian ia berkata. "Sebelum makan, jangan lupa berdoa. Ucapkanlah syukur, atas makanan itu."

***
Semalaman aku tidak bisa tidur, memikirkan gadis itu, memikirkan kebaikan hatinya. Sampai akhirnya kuputuskan esok harinya untuk menemuinya lagi. Kutunggu di tempat yang sama kemarin kami berjumpa. Dan akhirnya, penantianku membuahkan hasil. Kami bertemu lagi.

Rere : “Hai, bagaimana kabar kamu hari ini. Aku cuma ada sepotong kue nih, kamu mau?” katanya dengan ramah kepadaku.
Andi : "Aku, tidak mencopet mu pada hari ini. Aku bingung dengan apa yang kamu lakukan padaku kemarin malam.“
Rere : “Oh itu, itu ada kursi, duduk di situ yuk, cape klo berdiri.”
Tak jauh dari situ ada taman, lalu kami berdua menuju ke sana.
Andi : “Kenapa kamu berbaik hati padaku? Bahkan kemarin kamu tidak menunjukkan rasa ketakutanmu padaku.” Tanyaku dengan penuh kebingungan.
Rere : “Hei, coba kamu lihat bintang itu, dia bersinar di tengah langit yang gelap itu. Aku menyukai bintang. Aku mau seperti bintang itu, menerangi kegelapan malam. Dengan cahaya lembutnya, ia akan memunculkan suatu keindahan. Aku mau aku bisa jadi terang dalam kehidupanku, kehidupan orang lain. Kemarin saat ketemu kamu, hati aku berkata kalau kamu bukanlah orang yang jahat."
Andi : “Oh begitu. Dari mana kamu tau?”
Rere : “Aku bisa lihat dari mata kamu. Mata itu tak bisa berbohong. Mama pasti menungguku. Aku pulang dulu yah, karena besok harus gereja pagi. Oh ya namaku Rere. Kamu?"
Andi : “Andi”
Rere : “Aku pulang dulu yah. Tuhan memberkati”
Andi : “Re, aku boleh ikut gereja sama kamu? Udah lama aku tak menginjakkan kaki di sana. Sudah lama aku berpaling dariNya.”
Rere : “Boleh. Besok kita bertemu di gereja yah, jam 8.00 Aku tunggu di depan gereja. Ok.”
Kulihat Rere beranjak pergi meninggalkan aku yang sendiri di taman.

-Bersambung-

Photobucket


Hottest Female Blogger Award

Saya dapat award dari mbak Rachel. Terima kasih buat awardnya yah mbak.

Hottest Female Blogger Award.












Nah, ini dia PR nya:

1. Banner award tidak boleh diubah baik tulisan, warna dan signaturenya yaa… kalo di-resize gambar boleh.
2. Tuliskan siapa yang memberi award dan url nya trus url nya harus di-hyperlink ke bannernya yaa… supaya yang memberi dapet backlink dari website anda
3. Pilih 10 orang female blogger yang anda kenal dan belum nerima award ini, dan sebutkan alasan kenapa anda pikir dia layak dapetin award ini
4. Peer selanjutnya adalah :
4.1. Buka search engine Google
4.2. Tulis nama anda dilanjutkan dengan kata ‘needs’, misalnya : Princess needs
4.3. Klik “search”
4.4. Tulis deh 10 hasil pertama yang muncul di halaman itu
(kalo namanya tidak keluar, coba ditulis dengan tanda petik “_” misalnya “Princess needs” baru disearch).

Dan ini jawabannya :


3. Award ini saya tag lagi untuk :

Martha, postingannya sederhana, langsung pada intinya.
Echa, postingannya mengenai Tuhan membuat wawasan saya bertambah.
mbak Eha cara penulisan ceritanya itu unik, bagus banget deh, kaya makna lagi.
Trus siapa lagi yah? Duh, bingung, karena pengunjung blog ini kebanyakan pria. Saya utang dulu 7 orang lagi yah mbak Rachel sengihnampakgigi

4. Hasil pencarian dari mbah gugel berdasarkan key Princess needs adalah:

1. Princess needs comfort ... butuh banget yang satu ini.
2. Princess needs clan support and private matches
3. Princess needs a toad in her garden ... senyum katak di taman? yang ada juga tokek tuh yang banyak sengihnampakgigi
4. Princess needs a prince icons with Layouts, Backgrounds and Graphics codefor your myspace, friendster or hi5 profile ... senyum princess dan prince
5. Princess needs a prince charming ... hahaha, mbah gugel tau aja. Saya belum menemukannya nih sengihnampakgigi
6. Princess needs to-clean-up-too ... udah, barusan tadi siang bersih-bersih kamar.
7. Princess needs a prince ...
malu
8. Princess needs her beauty sleep ... akhir-akhir ini saya memang sering begadang.
9. Princess needs some changing ... berubah ke arah yang lebih baik lagi.
10. Princess needs a prince like a fish needs a bicycle ... apa hubungannya ikan dengan sepeda yah soal mrgreen

Nah udah selesai PR nya.

Photobucket

Aku, Rere dan Terang

Cerpen ini hasil coret-coret saya tadi sore. sengihnampakgigi Ga tau nih cerpennya bagus apa enggak. Jadi ditunggu kritik dan masukannya yah teman-teman. Pasti akan sangat berguna sekali buat saya. Terima kasih dan selamat membaca. senyum


Aku (red Andi) bergegas memasuki sebuah kios tempat menjual buah. Tak lama kemudian, ia sudah mendapatkan 2 kilo buah pir. Buah yang sangat disukai oleh Rebeca. Ia mengemudikan mobilnya. Ia akan ke rumah sakit menjenguk Rere (red Rebeca) Perjalanan menuju ke rumah sakit memakan waktu kira-kira 30 menit.

Rere, gadis yang dia kenal sebagai gadis yang periang, apa adanya, selalu bisa menjadi penyemangat dalam lingkungan dia berada. Dan sekarang ia terbaring di rumah sakit. Seberapa besar sakitnya Re, kenapa tak pernah kamu menceritakan dan membagikannya padaku?

***

Tak terasa, ia sudah tiba di rumah sakit. Ruang anggrek no 301. Ruang VIP di mana Rere di rawat.
Andi : “Hai, Re. Apa kabarmu hari ini?” Kusapa dirinya begitu masuk di ruangan itu.
Rere : “Baik, aku makin baik kok”. Kupergoki saat itu dia sedang menonton tv.
Andi : “Apa sudah makan dan minum obat? Oh yah tante ke mana?"
Rere : “Mama tadi aku suruh istirahat dulu di rumah, kan kamu mau jenguk aku. Aku belum minum obat, karena barusan makan. Mungkin sebentar lagi ”
Andi : “Ini kubawakan pir buatmu. Ini buah kesukaanmu kan? Mau kupotongkan” tawarku padanya
Rere : “Iya, boleh.”

Aku memotong pir itu menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Agar ia tak kesulitan untuk memakannya. 1 buah pir, sukses di makannya. Saat akan memotong pir yang kedua, tiba-tiba suster masuk dan membawakan sejumlah obat.

“Minum obat dulu yah.”suster yang ramah itu menyapa.
Suster menuangkan obat ke sendok dan memberikannya ke mulut Rere. Kemudian suntikan tak lupa diberikan. Ada juga obat berupa pil.
“Sudah selesai, istirahat yah.” Kata suster itu sambil meninggalkan ruangan.

Andi : “Re, rasa apa tadi obatnya? Ada yang pink tadi, itu rasa strawabery kah?”
Rere : “Bukan, rasa pisang warna nya aja yang pink. “ aku melihat wajahnya yang serius, seakan tak percaya akan jawabannya.
Andi : “Oh yah.”Masa sih?”
Rere : “Ahahaha.. mau aja kamu diboongin. Yah ga mungkin lah.” tawa mu puas, seakan kamu sukses menertawakan aku yang mempercayai kata-katamu.

Aku melihat wajah itu, penuh tawa sekarang. Aku senang, kamu bisa tertawa Re. Aku duduk di sampingnya.
Andi : “Kamu ingat ga sih awal kita bertemu ?”
Rere : “Iyalah masa aku lupa”. katamu sambil menatap pada layar televisi.

Ada lagu Sempurna nya-Andra. Aku tau itu lagu favoritmu. Kutemukan bibirmu berkomat kamit mengkuti lagu itu. Kamu bernyanyi dengan suaramu yang indah itu. Aku juga tak mau kalah. Aku ikut menyanyikannya denganmu. Aku tau, suaraku tak sebanding dengan vokalisnya. Tapi aku menyanyikannya dengan hatiku.

Sampai akhirnya aku menyadari, kalau kamu sudah tidak bersama, bernyanyi lagi. Kamu tertidur, karena pengaruh obat yang barusan kamu minum itu. Kutarik dan kuperbaiki posisi selimut agar bisa menghangatkanmu. Lama kupandangi wajah itu. Wajah yang penuh kelembutan, wajah yang telah merubah hidupku.

-Bersambung-

Picture bintang dari sini


Photobucket

Teladan Tidak Melihat Usia

Beberapa hari yang lalu, saya menonton sebuah acara tv Take Him Out, di salah satu stasiun tv swasta. Mungkin diantara teman-teman sudah ada yang pernah menonton. Acara itu merupakan wadah untuk menemukan pasangan. Dimana, dalam acara ini, pada akhirnya seorang wanita akan memilih seorang pria, yang tentunya sesuai dengan kriteria si wanita.


Ada seorang peserta wanita, lebih tepatnya seorang ibu yang berusia 35 tahun, single parent dan mempunyai seorang anak yang berumur 12 tahun. Ibu itu mengikuti acara itu, berharap bisa menemukan pasangannya. Pada saat sesi pertama, yaitu saat perkenalan, beberapa pria memutuskan untuk mengenal profil si ibu untuk lebih jauh lagi.

Di sesi kedua, ibu itu menyanyikan lagu Titi DJ. Dan akhirnya, semua pria tidak ada yang memilih si ibu. Sebagai seorang manusia tentunya ada perasaan sedih dan kecewa, tapi ibu itu mengatakan bahwa pasti ada orang di luar sana, yang menanti dan bukan di acara ini tempatnya.


Si ibu dikejutkan dengan hadirnya seorang anak laki-laki. Anak itu adalah anaknya. Anaknya mengetahui bahwa tidak seorangpun dari antara pria itu yang memilih ibunya. Ia memberikan sesuatu buat ibunya. Sebuah lagu dari the massive, yang jangan menyerah. Saya kira teman-teman sudah pernah dengar lagunya.

Seorang anak kecil, yang masih berumur 12 tahun, mengatakan kepada ibunya untuk jangan menyerah, tetap semangat. Dan akhirnya, ibu dan anak itu bersama-sama menyanyikan lagu itu. Saya sungguh terharu pada saat itu, saya rasa juga peserta dan orang-orang yang ada di situ juga merasakannya. Seorang ibu, single parent yang membesarkan seorang anak, tentunya tidak mudah. Sebuah kata-kata dewasa yang diungkapkan oleh seorang anak kecil, yang mampu menguatkan seorang ibu.

Saya salut sama anak itu, walaupun dia masih berumur 12 tahun, tapi dia mampu memberikan kata motivasi buat ibu, "jangan menyerah ibu" Mungkin, kalau yang mengucapkan itu adalah seorang pria dewasa, katakanlah berumur 20 tahun, maknanya jadi berbeda dibanding dengan seorang anak yang masih belia. 20 tahun saya rasa umur yang cukup untuk bisa melihat banyak hal, pengalaman, dibandingkan dengan seorang anak kecil itu.

1 Timotius 4:12 "Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."

Sama seperti kehidupan kita. Tuhan tidak pernah melihat usia kita, Tuhan ingin kita bisa menjadi terang dalam kehidupan. Dan jangan pernah berfikir karena kita masih muda, kita tidak layak atau tidak bisa menjadi terang. Kita mulai dari hal yang terkecil, dari lingkungan kita berada pada saat ini. Sebab segala hal yang besar, di mulai dari hal-hal yang kecil.

So, yuk kita menjadi terang bagi kehidupan di manapun kita berada.

Photobucket