Aku, Rere dan Terang (Part II)

Cerpen ini merupakan lanjutan dari postingan yang ini.

Aku masih ingat awal pertama kita bertemu. Aku seorang anak tunggal dari latar belakang keluarga yang kaya. Ekonomi keluargaku yang kaya, tidak sebanding dengan kehidupan agamanya. Yah, orang tua terlalu sering ribut, sampai akhirnya aku tak tahan tinggal dalam situasi seperti itu. Lalu kuputuskan untuk pergi.

Aku mulai segala sesuatunya dari awal, aku bekerja apa saja, cuma untuk sekedar bertahan hidup. Perbuatan kriminal tidak lagi menjadi satu hal yang luar biasa bagiku. Yah aku terseret dalam kehidupan gelap ini.

Saat itu ada seorang gadis, Kira-kira berumur 20 tahun keluar dari toko swalayan. Hari sudah gelap saat itu, sudah pukul 9 malam. Kuperhatikan dia hanya berjalan kaki seorang diri. Aku pikir, ini adalah sasaran empuk kali ini. Kubuntuti dia, sampai saatnya dia memasuki areal jalan yang sepi. Ini waktunya pikirku, lalu kutodongkan sebilah pisau ke lehernya.


Andi : “Berikan semua nya padaku” kataku menggertaknya.
Rere : “Kamu mau makan, kamu lapar yah. Ini tadi aku juga beli nasi bungkus. Dan ini ada buah pir, dari toko swalayan.” Katanya dengan tenang, tanpa raut wajah ketakutan sedikitpun.
Sikapnya itu membuat aku bingung, kenapa dia tidak takut sekalipun atau bahkan berteriak minta tolong, atau mungkin mencoba menendangku. Seorang gadis yang kecil pemberani dan tidak gentar. Bahkan pada saat seperti ini, ia masih menunjukkan kasihnya padaku.
Rere : “Kok malah diam, ini ambillah. Tadi aku cuma punya kembalian 20 ribu. Semoga ini cukup yah." Seraya menyodorkannya kepadaku. "Nanti aku bisa beli lagi kok. Kamu ambil saja. Aku tau kamu pasti butuh.”
Ia memberikan nya ketanganku, lalu berlalu pergi. Tapi sebelum jauh berlalu, kemudian ia berkata. "Sebelum makan, jangan lupa berdoa. Ucapkanlah syukur, atas makanan itu."

***
Semalaman aku tidak bisa tidur, memikirkan gadis itu, memikirkan kebaikan hatinya. Sampai akhirnya kuputuskan esok harinya untuk menemuinya lagi. Kutunggu di tempat yang sama kemarin kami berjumpa. Dan akhirnya, penantianku membuahkan hasil. Kami bertemu lagi.

Rere : “Hai, bagaimana kabar kamu hari ini. Aku cuma ada sepotong kue nih, kamu mau?” katanya dengan ramah kepadaku.
Andi : "Aku, tidak mencopet mu pada hari ini. Aku bingung dengan apa yang kamu lakukan padaku kemarin malam.“
Rere : “Oh itu, itu ada kursi, duduk di situ yuk, cape klo berdiri.”
Tak jauh dari situ ada taman, lalu kami berdua menuju ke sana.
Andi : “Kenapa kamu berbaik hati padaku? Bahkan kemarin kamu tidak menunjukkan rasa ketakutanmu padaku.” Tanyaku dengan penuh kebingungan.
Rere : “Hei, coba kamu lihat bintang itu, dia bersinar di tengah langit yang gelap itu. Aku menyukai bintang. Aku mau seperti bintang itu, menerangi kegelapan malam. Dengan cahaya lembutnya, ia akan memunculkan suatu keindahan. Aku mau aku bisa jadi terang dalam kehidupanku, kehidupan orang lain. Kemarin saat ketemu kamu, hati aku berkata kalau kamu bukanlah orang yang jahat."
Andi : “Oh begitu. Dari mana kamu tau?”
Rere : “Aku bisa lihat dari mata kamu. Mata itu tak bisa berbohong. Mama pasti menungguku. Aku pulang dulu yah, karena besok harus gereja pagi. Oh ya namaku Rere. Kamu?"
Andi : “Andi”
Rere : “Aku pulang dulu yah. Tuhan memberkati”
Andi : “Re, aku boleh ikut gereja sama kamu? Udah lama aku tak menginjakkan kaki di sana. Sudah lama aku berpaling dariNya.”
Rere : “Boleh. Besok kita bertemu di gereja yah, jam 8.00 Aku tunggu di depan gereja. Ok.”
Kulihat Rere beranjak pergi meninggalkan aku yang sendiri di taman.

-Bersambung-

Photobucket


2 terang dunia bersinar:



bandit™perantau mengatakan...

sippp....

dah dibaca..
ditunggu chapter 3nya..

:D

Kabasaran Soultan mengatakan...

Pesan moralnya mantap ...
Jangan pernah menghadapi kekerasan dengan kekerasan.
Kelembutan dan kebaikan ternyta dapat menaklukkan batu cadas sekalipun.

nice story .
Ditunggu lanjutannya

Posting Komentar